SINAMBUNG
Bermula dari kehidupanku tiga bulan terakhir ini, kehidupan
yang penuh dengan kekecewaan, sakit hati dan kesedihan, kehidupan yang membuat
aku mulai selalu mengatakan “why You don’t rise me up to Your place Lord…”,
semuanya terasa suram dan tidak bermakna, semuanya terasa kosong, pelajaran di
kelaspun tidak dapat kupahami dengan mudah, aku berpikir keras tapi tetap tidak
mengerti akan teori-teori yang aku pelajari, berpura-pura ceria sampai tidak
tahan untuk berteriak, akupun berteriak, semua orang terkena dampak oleh
kesakitan hati ini, oleh karena seseorang yang awalnya “sangat dekat” denganku
menjadi “sangat jauh”, teman kantorku.
Sampai pada satu titik aku benar-benar tidak tahan akan
setiap hal yang aku alami, aku pergi ke konselor pada tiga minggu pertama sikap
seorang “teman” itu berubah total padaku, aku pergi menemui Tuhan yang terasa
tidak memiliki jawaban, kecenderungan untuk kecewa terus memenuhi hatiku
walaupun sudah berdoa, aku terus menangis menghadapi orang seperti dia, belum
lagi tidak hanya dia tapi begitu banyak orang-orang yang sekarang aku tahu
mereka diijinkan oleh Tuhan untuk membentuk karakterku menjadi seseorang yang
memang Tuhan inginkan.
Aku tidak mengikuti jejak seseorang yang tinggal di
apartment di depan tempat tinggalku(dia loncat dari lantai 21), aku terus
berjalan dan masih ada harapan ke Tuhan walaupun saat itu seperti sangat kecil,
tiba saatnya mama membawaku ke gerejanya untuk mendengar firman dari seseorang
yang kata mama dia memiliki kesaksian kehidupan yang luar biasa, seperti orang
yang sangat kelaparan aku pergi bersama mama untuk ke gereja, seperti biasa
sebelum mulai firman pasti ada pujian penyembahan, aku bernyanyi dan air mataku
keluar, tiba saatnya firman, pendeta itu berfirman tentang “kekasih Tuhan”,
bagaimana menjadi kekasih Tuhan dan sebagainya, namun aku tidak ingin
menceritakan yang sedang dia firmankan. Air mataku tidak berhenti mengalir
ketika firman itu dikumandangkan oleh pendeta yang kalau tidak salah bernama
Samuel. Firmannya sangat berhubungan dengan kehidupanku, akhirnya aku bercerita
kepada mama tentang apa yang aku rasakan selama satu bulan terakhir ini (saat
itu teman kantorku sudah menjauh dariku selama satu bulan). Mama hanya diam, kurasa
dia tahu anaknya ini sudah dia serahkan kepada Kekasihnya, sehingga dia tidak
berkomentar. Aku tahu maksud Tuhan saat itu untukku.
Melalui firman itu, aku memberanikan diri untuk bertanya
kepada teman kantorku itu kenapa dia bersikap aneh kepadaku, namun jawabannya
hanya tidak tahu, dan akhirnya aku pertanyakan setiap kesalahanku kepadanya,
ada beberapa yang termasuk membuat dia marah kepadaku, dan aku menjelaskan
bahwa aku manusia yang masih belajar dan aku meminta maaf, dan aku mengatakan
kepadanya, aku akan belajar melakukan apa yang dia harapkan aku lakukan,
sepanjang pembicaraan kami, dia tidak menatap mataku walaupun aku sudah mencoba
menatap matanya. Aku bertanya lagi kepadanya apa ada yang lainnya, namun dia
hanya menjawab tidak tahu, karena dia adalah seniorku dan lebih tua dariku aku
tidak begitu berani mencari masalah lagi, akhirnya aku hanya meminta maaf.
Waktuku berjalan sampai satu setengah bulan kemudian, aku
berulang tahun dan teman kantorku masih menjauh, namun aku sudah memiliki satu
dasar, dasar yang kokoh. Aku menjalaninya tanpa ucapan selamat ulang tahun dari
teman sekantorku itu padahal kita satu ruangan, jujur aku membencinya saat itu,
dia mengatakan kepada teman-teman kantorku yang lain ketika mereka mengucapkan
selamat ulang tahun padaku “sudah basi tahu” (saat itu hari senin, dan ulang
tahunku hari minggu), entah kenapa aku tidak bisa marah dan hanya tersenyum,
sebelum berangkat kuliah aku berdoa untuk mengampuninya, dan melanjutkan kuliah
dengan tenang, keesokan harinya teman kantorku yang bernama “’Yeri” aku
memanggilnya “kak Yeri”, dia memberikan hadiah ulang tahun kepadaku yaitu buku
yang berjudul “dipilih dan disayang Tuhan” yang ditulis oleh pak Yusak Tjipto,
aku membacanya dan semakin mengerti maksud Tuhan akan kehidupanku melalui buku
itu, sangat berkesinambungan dengan firman yang aku dengar sebelumnya, buku
yang kak Yeri berikan itu adalah pondasi keduaku untuk menghadapi orang “itu”
dan mengerti maksud Tuhan dalam hidupku, terima kasih kak Yeri yang mau
memberikan pesan Tuhan untuk elin melalui buku itu.
Satu minggu setelah ulang tahunku adalah ulang tahunnya, aku
memberanikan diri mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya, dan dia agak ceria
hari itu walaupun hanya hari itu, namun keceriaannya tidak begitu berdampak
banyak pada sikapnya padaku hari itu, pada hari itu juga atasanku yang biasa
kupanggil ibu Rachel, dia memberikanku hadiah ulang tahun yang begitu bagus,
yaitu buku dan kaos, buku itu berjudul “maksimalkan hidup anda”, aku membacanya
dan mengerti maksud Tuhan melalui buku itu, sekali lagi buku itu
berkesinambungan dengan khotbah dan buku sebelumnya yang diberikan oleh
temanku, dan itu adalah pondasi yang ketiga, pondasi yang baik untuk mengerti
maksud Tuhan dan menghadapi teman kantorku itu. Aku mulai tersenyum dan melihat
keceriaan muncul kembali dalam hidupku, aku berterimakasih kepada ibu Rachel
yang telah mau menjadi penghubung dalam memberikan pesan Tuhan melalui buku
itu. :D
Beberapa hari setelah itu ada insiden yang memang tidak
dapat membendung emosi teman kantorku (Komputer mati oleh perkataannya,”kalau
dimatiin pasti komputer ini mati total”)yang adalah pemeran utama dalam cerita
ini. Hehe. Dia mengatakan hal yang sudah aku lupa tapi saat itu sangat membuat
hatiku sakit, kemungkinan tentang dia malas atau apa berada seruangan denganku,
aku diam. Aku mau nangis… tapi tidak bisa, maka aku diam, aku mengmbil
handphone dan mengetik sms ke Meliana, tentang perkataan temanku itu kepadaku,
aku belum menerima balasan sms Meli (begitu panggilannya), tapi aku akhirnya
membantu teman kantorku untuk membenarkan komputer itu, ada seorang teman
kantor bernama pak Dicky, dia sedikit ahli dalam membenarkan komputer, aku
membantunya untuk membersihkan computer itu, sambil mengatakan “terimakasih
Tuhan atas teman kantorku ‘itu’…”, dan setelah dibersihkan si “otak”
komputernya, pak Dicky menyambung kabel-kabel di dalam si “otak” komputer itu,
dipasang dan….(dalam hati aku berbicara “nyala, pasti nyala, dalam nama
Yesus..” hehe) nyala! Yeay…. Aku senang hari itu, bisa membenarkan komputer
(karena Tuhan.hehe, dan bersama pak Dicky.) dan aku menerima sms dari Meli yang
berbunyi, “sabar-sabar aja Lin… lagian kan kita anak terang kita harus tunjukin
terang kita.” Wow! Kata-kata Meli itu membuat aku merinding, aku senang dan
tambah senang dengan kata-kata Meli. Pokonya senang! Terima kasih Meli… :D
Sampai dua bulan setengah dia melakukan kegiatan “menjauhi”
ku, aku sudah tidak begitu menghiraukan walau memang terasa tidak begitu enak,
memiliki teman seruangan tapi tidak seperti ada teman, aku terus mencoba
mendekatinya tapi hasilnya “nol besar-besar”, besar banget malah, akhirnya aku
meminta kakak rohaniku kak Nita, untuk berdoa padaku, aku menceritakan
semuanya, aku bilang aku masih ada sakit hati dan memang masih, aku tahu itu,
dia mendoakan aku dan temanku, dia dipakai Tuhan untuk membuat aku lebih kuat
dan dia juga dipakai Tuhan untuk memberikan saran memperkatakan hal yang baik
tentang teman kantorku itu dan mengatakan bahwa tidak ada hal yang membuatku
sakit hati yang keluar dari mulutnya. Dan aku melakukannya, sedikit demi
sedikit memang terlihat namun, sikapnya masih sama, namun lagi… sampai sekarang
aku tidak ingat kapan dia mengatakan hal yang membuat aku sakit hati. Hehe.
Berhasil!!! (karena Tuhan. Hehe)
Sikapnya masih sama, sangat sama… dan sekitar sebulan
sebelumnya aku menemukan teman baru yang bisa diajak sharing di kampus namanya
Junius dan aku memanggilnya “bang Junius”, dia smart. Jujur saja aku menemukan
nomer handphonenya dari LPJ BEM dan MUSMA, yaitu LPJ yang paling tebal
sepanjang masa. Haha. Aku yang menjilid LPJ itu dan di dalamnya ada beberapa
nomer telepon mahasiswa-mahasiswa yang mencalonkan diri sebagai ketua dan wakil
ketua BEM, dan bang Junius itu mencalonkan dirinya—sebenarnya aku sudah kenal
lumayan lama. Aku melihat transkrip nilai mereka (balon ketua dan Wakil ketua
BEM) dan membuatku kaget setelah melihat nilai bang Junius itu yang terlihat
sangat Junius, hehe, aku heran, oh iya, bang Junius itu jurusan teknik dan
IPKnya, wow!!! Akhirnya aku menunjukannya kepada teman sekamarku di mes kantor,
dan dia menyarankan mengambil no. hp si abang yang Junius itu. Haha. Aku
mengambilnya. Singkat cerita, akhirnya kami bertukar buku, berawal dari
kepenasaranku akan buku alkemis yang dikatakannya. Aku malah mendapat buku
rohani yang berjudul “pikiran adalah medan perang”, aku berdoa dan berharap aku
tidak putus membaca buku rohani itu. Hehe. Dan berharap sesuai dengan
kehidupanku, dan buku itu sangat memberkati aku, buku itu berkesinambungan
dengan buku-buku sebelumnya dan khotbah pertama, buku itu adalah pondasi baru
yang Tuhan berikan untukku melalui bang Junius, dan aku selesai membacanya, aku
ketagihan! Aku meminjam bukunya lagi (sampai lupa buku alkemis.), kemudian dia
memberi judul bukunya dulu dan aku setuju untuk meminjam bukunya yang berjudul
“berhasil karena iman.” Dan… lagi-lagi buku itu berkesinambungan dengan
buku-buku sebelumnya, dan ada maksud Tuhan di dalamnya ketika aku membaca
buku-buku itu, dua buku yang hebat yang dipinjamkan oleh bang Junius itu
membuatku memiliki pondasi tambahan dan mengerti maksud Tuhan untukku melalui
buku itu, terima kasih bang Junius sudah mau dipakai Tuhan untuk menyampaikan
pesan Tuhan dengan cara meminjamkan buku-buku itu pada elin… :D
Perjuanganku masih belum selesai dan temankupun masih belum
mengubah sikapnya sampai saat ini, dan sekarang aku sedang membaca buku
terbitan benaiah books, berjudul “Christian atheist”, entah kenapa rasanya dari
beberapa minggu yang lalu aku sangat ingin membaca buku itu, dan akhirnya buku
itu muncul di depanku kemudian kubaca Christian atheist itu aku mendapatkan hal
yang sama, pesan yang sama dari Tuhan seperti buku-buku sebelumnya, dan kali
ini aku menangis membaca buku itu, aku benar-benar tahu Tuhan tidak pernah
meninggalkanku, dan selalu memberi pesannya melalui apa saja, dan siapa saja.
Aku juga mengerti sekarang, teman kantorku itu ada (atas seijin Tuhan) karena
Tuhan mau menguatkan aku, selama dua tahun ini aku ditempatkan oleh Tuhan di
tempat yang Tuhan pakai untuk membentuk kepribadianku namun aku tidak tahu di
tahun-tahun berikutnya aku di mana dan kemana, namun aku tahu mereka semua yang
ada disekelilingku ada untuk menguatkan dan memberikan pesan kehidupan padaku,
aku tahu banyak hal yang aku terima semua berasal atas seijin Tuhan, dan tiga
bulan terakhir ini bukan membuat aku semakin lemah namun dengan tangan Tuhan,
aku malah semakin kuat. Rohani dan jiwaku, jasmanipun tidak kalah kuat, dan aku
benar-benar sadar itu semua karena Tuhan. Aku berterimakasih kepada Tuhan yang
memberikan orang-orang seperti mereka disekelilingku. Thanks Lord Jesus! :D
Aku yakin yang bisa menerima kebaikan Tuhan tidak hanya aku,
melainkan kita semua yang membaca kisah ini. Semangat bersama Tuhan! J
Comments