Dream to Papa!!!! :)

“Mama, Papa, Elin mau sekolah…” kataku ketika berusia tiga tahun, aku merengek meminta sekolah dan memang keadaan ekonomi keluargaku sedang tidak baik saat itu, merekapun tidak dapat menyekolahkanku di jenjang TK, mereka harus langsung memasukiku ke sekolah dasar tapi namanya aku ingin sekolah, sekolah apapun akan aku masuki yang penting aku sekolah, aku terus merengek sampai aku mendapatkannya pada usia 5 tahun, mereka memasukanku langsung ke sekolah SD, itu sebabnya aku selalu lebih muda setahun dengan teman-teman sekelasku pada umumnya, impian pertamaku terwujud!!!, tapi aku terus memiliki mimpi…

“Mama, tadi Elin mimpi dapat boneka Barbie…” itu mimpiku yang lain ketika masih kecil, Barbie adalah salah satu  boneka kesukaanku karena kecantikannya, aku terus bermimpi mendapatkan boneka yang paling cantik di dunia menurutku, papa dan mama tidak memiliki cukup uang saat itu untuk membelikanku boneka Barbie karena harganya yang sangat mahal saat itu untuk keluarga kami, alhasil mereka hanya menggunakan kata boneka barbie sebagai alibi untuk mengelabuiku, mereka
menggunakan kata Barbie untuk membangunkanku dari tidur, dan melakukan pekerjaan rumah.

Ketika aku sedang asik-asiknya bermimpi dan dibangunkan oleh mama untuk bersiap-siap berangkat sekolah aku yang masih menyukai tidur akan memilih tidak menggubris ajakan mamaku untuk bangun, akhirnya cara yang paling ampuh untuk mereka adalah menggunakan kata Barbie, “Tuh Lin, papa beliin boneka barbie.” Aku langsung bangun dan berlari ke ruang tamu untuk melihat papa yang sedang sarapan tanpa menggosok giginya, aku bertanya pada papa “ mana pa boneka barbienya?” dan jawaban papa adalah “ dibohongin tuh sama mama…”, kalau sudah begitu pasti aku akan berkata “yah….” Dan pergi ke kamar mandi untuk bersiap-siap berangkat sekolah, sekalipun papa dan mama selalu memanfaatkan hal itu aku selalu percaya pada mereka kalau mereka akan memberikan boneka Barbie padaku.

Untuk menghindari desakanku atas boneka Barbie akhirnya mama membelikanku boneka Barbie yang “palsu”, yang kalau dibengkokan kakinya saja akan menjadi gepeng, tapi aku senang dengan yang palsu itu sebagai dasar janji mama yang akan membelikanku boneka Barbie yang asli nantinya, impianku tidak pernah menghilang sekalipun terkadang menjadi pudar, tetapi terus ada, dan mimpi-mimpi baru terus bermunculan di otakku, mimpi baru setelah mengingini Barbie adalah mengunjungi pasar ikan hias di daerah gunung sahari.

“Elin, mau lihat ikan kan?” Tanya papa padaku, dan aku mengangguk dengan pasti dengan wajah berharap papa membawaku ke pasar ikan hias itu, hari itu saat papa bertanya dan aku mengangguk dengan pasti, ia langsung membawaku ke pasar ikan hias itu, pasar yang sangat indah buatku, aku kelas 5 SD saat itu, aku melihat papa berbinar dan senang melihat aku yang sangat tertarik pada ikan-ikan itu, tanganku memegang tangan papa sepanjang jalan, aku bertanya sepanjang jalan, bercerita sepanjang jalan, kadang-kadang terdiam dan papa mengisi kediaman itu dengan memberi pengetahuan tentang nama-nama ikan yang sedang kita lihat dan kisaran harga yang dijual oleh mereka. Kami berjalan dan papa menawarkan meminum jus, aku masih ingat saat itu papa memilih jus alpukat dan aku sirsak. Senangnya saat itu ketika salah satu mimpiku untuk mengunjungi pasar ikan hias terwujud. Tapi aku belum sempat berterimakasih pada papa.

Seminggu setelah papa mewujudkan salah satu mimpiku, aku membelikan permen jahe kesukaan papa di sekolahku, aku membeli lumayan banyak dan membawanya pulang sebagai ucapan terimakasih, namun aku tidak melihat papa di rumah, aku bertanya pada mama, “Ma, papa di mana?” mama menjawab bahwa tadi saat aku berangkat  ke sekolah papa pergi ke Jakarta, untuk ke rumah adiknya, mamaku yang memiliki rumah makan di depan rumah itu tidak sempat menjawabku dengan panjang karena banyak pesanan saat itu. Tiba-tiba aku menerima telepon dari ciciku yang sedang menangis dan meminta untuk menyambungkan telepon itu kepada mama, aku tahu apa yang terjadi saat itu, papaku meninggal, dan aku belum sempat memberikan permen jahe kesukaanya. Aku menangis dan tidak memikirkan tentang impianku, mama dan aku ke Jakarta untuk menemui jasad papa. Keluargaku hanya diam dan menangis, kejadian itu hanya sehari berlangsung dan aku masih memiliki mimpi untuk mendapatkan boneka Barbie yang selama ini aku inginkan.

Tiba saat sincia (Tahun baru Imlek), ternyata papa meninggalkan angpao terakhir untuk seluruh anaknya dan keponakannya, biasanya angpao itu berisi uang dan hari itu uangnya berjumlah cukup besar, dan aku bisa membeli boneka Barbie impianku dengan tambahan uang dari mama, terimakasih papa dan mama, impianku terwujud lagi!!!

Sewaktu aku ditinggalkan oleh papa, rasanya aku masih ingin mempunyai papa yang baik, dan tentunya bisa membelikanku boneka Barbie yang banyak, dan memiliki papa adalah salah satu impianku, entah kenapa setiap kali ditanyakan oleh orang-orang apakah aku ingin memiliki papa baru, aku akan menjawab tidak ingin, tapi kerinduan akan memiliki papa itu memang ada, papa yang baik.

Aku beranjak remaja dengan banyak sekali impian  yang belum terwujud, menjadi penulis, memiliki rumah besar, memiliki mobil mewah, sekolah di luar negeri, sampai mengelilingi dunia. Aku terus memiliki mimpi, dan memang terkadang pudar tapi itu tetap ada di otakku.

Saat kelas 3 SMP hampir seluruh keluargaku meninggalkan agama leluhur keluarga kami, aku tidak menginginkan itu karena aku sangat menyukai budaya keluarga leluhur dan memilih untuk mebudayakannya sebagai anak yang sangat menghargai budaya. Aku melihat seluruh keluargaku (mama, cici, koko) menyuruh aku pergi ke “gereja” yang awalnya aku tidak tahu apa itu dan bagaimana isinya, dan aku berdoa kepada seseorang yang tidak aku ketahui ‘siapa?’ dengan pertanyaan ‘siapa sebenarnya yang maha kuasa yang menciptakan aku?’, dengan berjalannya waktu aku tahu siapa Yang Maha Kuasa itu, aku mengerti dan belum begitu paham, tapi impianku untuk memiliki papa terwujud saat aku tahu Tuhanku, Penciptaku, Juru Selamatku, dialah Papa impianku selama ini, Papa yang baik, Papa yang sangat baik, dan aku tahu yang aku cari adalah Papa yang ini, Papa yang sanggup mewujudkan setiap mimpiku, dan Dia jugalah yang campur tangan atas impian-impianku ketika masih kecil, sekarang, setiap impian itu kuserahkan kepada Papaku yang sangat baik itu, Papa Jesus!!!

Papa Jesus pernah bilang padaku, “impian-impianmu terlalu kecil berikan semuanya padaKu, ganti semuanya dengan impianKu.”, sangat sulit, tapi impian Papa yang satu ini memang lebih mulia, mimpiku yang dulu tetap ada, tapi sebagai anakNya, aku akan memberikan impian itu padaNya, kemudian Dialah yang bekerja sebagai Papa. Papaku yang tecinta, dia telah menggantikan rasa kehilanganku dan membuat aku memiliki pengharapan yang penuh, impian yang penuh atasNya….

Teruslah bermimpi dan berikan mimpi itu pada Papa...

Comments

Popular posts from this blog

Apakah kita benar-benar tahu diri kita?

Sebuah Konfirmasi dari "Sang Ketua"

NENEK BUNGKUK CERIA