Dilema MUSMA dan BEM UKI


Rasanya menjadi anggota pemerintahan yang selalu di kritik akhirnya saya alami pada tanggal 5 Juni 2012 setelah membaca majalah ASWA milik organisasi mahasiswa FISIPOL, tajuk utama di majalah itu adalah BEM yang dilaksanakan oleh panitia pembentukan selama 5 bulan terakhir yang membuat mereka mengritik kinerja panitia di dalamnya, dan saya adalah salah satu panitia yang berjuang di dalamnya, memang gagal pada akhirnya(atau dapat dikatakan tertunda) karena belum terbentuk sama sekali BEM itu di Universitas yang saya tandangi selama 2 tahun ini, sayapun tidak memungkiri kata-kata mereka yang pada dasarnya mengritik kegagalan MUSMA dan BEM yang akan dibentuk oleh panitia sebelumnya, atas sumber yang benar-benar tepat atau tidak, saya tidak begitu tahu, yah, saya merasakan apa yang petinggi-petinggi itu rasakan pada akhirnya, saya mengerti dan bukan bermaksud membela mereka para petinggi itu tapi hanya mengatakan bahwa saya merasakan kritikan yang memang bukan hanya untuk saya tapi untuk panitia yang mencoba membangkitkan organisasi tingkat universitas.


Kekecewaan saya pada majalah itu memang ada tapi lebih lagi kecewa kepada ketua terpilih yang bernama Edward Wirawan yang mengatakan “ini bentuknya dadakan, kita sudah lama tidak ada organisasi mahasiswa yang mengontrol keuangan kita, birokrasi kita. Karena itu diadakan dadakan maka sosialisasinya dengan dana yang terbatas. Tidak ada spanduk yang ditempel dan persiapan para calon, waktunya sedikit sehingga sosialisasinya yang kurang dari panitia.” Di dalam majalah ASWA (saya tidak begitu mengerti kapan dia mengatakan itu, apakah mengatakan khusus kepada majalah ASWA atau secara tidak langsung). Entah kenapa pada akhirnya saya mensyukuri ketertundaan pembentukan BEM yang sudah di impi-impikan oleh mahasiswa-mahasiswa yang “sadar” organisasi, kenapa pada akhirnya saya bersyukur? Karena kata-kata yang diajukan oleh si “ketua” terpilih itu adalah kata-kata yang dapat dikatakan memojokan panitia, atau dengan kata lain dia menyalahkan panitia, yah, saya tidak ingin disalahkan secara total (disini saya sebagai perwakilan panitia), “ketua” terpilih itu sudah tidak cocok menjadi ketua karena kata-kata yang dia ajukan kepada ASWA kurang konsisten dengan pembelaan dia terhadap panitia ketika tiba di UKI setelah acara MUSMA, kedua, yakinkah spanduk tidak ada? Kami sebagai panitia sudah menempel poster untuk pemilihan ketua BEM, flyer di setiap sudut gedung kampus, dan spanduk 2x5 meter sudah kami “pajang”, kemana saja anda bung selama mencalonkan diri sebagai ketua? Saya sangat bersyukur pada akhirnya anda tidak menjabat karena anda adalah “ketua” yang tidak konsisten, UKI tidak membutuhkan Pemimpin yang “tidak konsisten”.

Untuk sosialisasi yang ada di UKI oleh panitia sudah dilaksanakan semaksimal mungkin, kalau masih ada orang yang belum “sadar” kalau ada poster-poster yang terpampang untuk mensosialisasikan terbentuknya BEM, maka dia adalah mahasiswa yang “tidak aktif”, dan dapat dikatakan pasif. Sebagai mahasiswa yang dituntut adalah kemandirian mereka, bukan “suapan” dari orang lain untuk memberitahukan bahwa adanya acara A, B, dan C. sebagai mahasiswa seharusnya “up to date” dengan mading sebagai sarana informasi yang ada di universitas, sehingga mahasiswa tahu acara apa yang akan diadakan dan lain sebagainya dan tidak ketinggalan “zaman”. Setiap perwakilan mahasiswa dari setiap fakultaspun kita gunakan sebagai “mediator” untuk mempublikasikan terbentuknya BEM UKI, kita menggunakan sistem otonomi untuk pertanggungjawaban, ketua panitiapun selalu menanyakan ketika rapat tentang publikasi yang sudah dilakukan dan setiap pemimpin fakultas yang adalah panitia menjawab sudah terlaksana, walaupun kadang ada beberapa fakultas yang “terlihat” sibuk sehingga tidak sempat datang walaupun memberikan perwakilannya.

Dari semuanya yang saya baca dan mencoba untuk mengerti dengan “positif” walaupun awalnya “kesal” karena saya masih orang Indonesia yang jarang sekali ingin dikritik, akhirnya saya mengerti itu semua penting untuk kelanjutan pembentukan organisasi tingkat universitas, berharap organisasi itu dapat “benar-benar” terbentuk dan memilih ketua yang “benar-benar” konsisten, dapat benar-benar dipersiapkan secara matang dan meminta kepada biro kemahasiswaan untuk memberikan waktu yang lebih lama karena memang butuh waktu yang lebih lama untuk persiapan keseluruhan dan yang terpenting adalah mental, baik mental panitia, mahasiswa dan juga perwakilan dari setiap mahasiswa, setiap hal yang sudah terjadi itu dapat dijadikan pelajaran untuk kedepannya, dan saya sangat berharap kelanjutan untuk “masa depan” UKI dapat terlihat, dan terimakasih untuk setiap pihak yang sudah berpartisipasi dalam proses “penyadaran” mahasiswa UKI, juga untuk majalah ASWA telah mau “menulis” spesial tentang kami. J hahaha

Semangat UKI!!! VIVA UKI!!!

Oleh Eveline (Selasa, 05 Juni 2012)

Comments

mia

Hello elyn. fine there?

barusan baca nih artikel di blog kamu dan langsung "Ckckckck! Hell No!
hihihi

tapi yasudahlah yang pasti, panitia sudah berjuang seberjuang-berjuangnya.
semangat terus! :)
mia

Hello elyn. fine there?

barusan baca nih artikel di blog kamu dan langsung "Ckckckck! Hell No!
hihihi

tapi yasudahlah yang pasti, panitia sudah berjuang seberjuang-berjuangnya.
semangat terus! :)

Popular posts from this blog

Apakah kita benar-benar tahu diri kita?

Sebuah Konfirmasi dari "Sang Ketua"

NENEK BUNGKUK CERIA