KERETA API TUTUTUTUTUT......

EAT IT!!!

Pada hari minggu ku turut cici ke kota Jakarta,
Naik kereta istimewa ku duduk di gerbong,
Di samping pak penumpang yang sedang membaca Koran,
Membaca Koran sampai lupa sekeliling. (lagu ala “naik delman”)
Memang hari minggu aku pergi naik kereta dan memang bersama dengan cici ku (kakak perempuan) aku pergi, itu semua benar, saat itu hari minggu tanggal 9 november 2008, sangat lama memang tapi kejadian yang tidak akan aku lupakan.
Mama ku sakit dan aku tinggal di Cikarang saat itu ( bagi yang tidak tahu jangan mencoba membuka google map karena tidak tampak-pedalaman Bekasi ) dan tentu saja karena aku naik kereta ke kota Jakarta berarti mama ku tinggal di Jakarta dan dirawat disana. Sebenarnya kami ingin naik bus, namun uang cici ku tidak mencukupi untuk menaikinya maka kami memutuskan untuk naik kereta api.
Sebenarnya hari itu bukan pertama kalinya aku naik kereta api, namun terakhir naik kereta api aku berusia 6 tahun, jadi saat itu usia ku 16 tahun sudah sangat lupa seperti apa itu kereta api dan saat itu juga seperti pertama kalinya aku naiik kereta,.
Yang terlintas dipikiranku adalah “senangnya naik kereta”, sementara tidak tahu apa yang menungguku di dalam gerbong kereta itu. Kupikir kereta di Indonesia seperti kereta-kereta yang aku llihat di tivi-tivi film Hollywood, dan  ternyata berbeda 360 derajat! Bobrok menurutku, tapi sukses membuatku tertawa!
Bayangkan saja di dalam kereta ada yang menjajakan buah-buahan, dan itu lebih baik daripada tukang sayur yang teriak “ada jengkol disini!”, haha. Dan itu semua masih lebihi baik daripada pemulung di dalam kereta, Ya ampun!
Itu semua mengocok perutku, mataku terus berkeliling melihat kejanggalan yang belum pernah aku lihat sebelumnya, kuakui aku norak. Orang-orang didalam kereta mengipaskan dirinya dengan Koran atau kertas yang bisa mereka pakai untuk mengipaskan diri mereka di tengah keterdesakan penjual, pembeli, dan penumpang.
Dengan bangga aku memegang karcis kereta api untuk menunggu yang kupanggil “tukang sobek karcis”, tapi karcisku masih tergenggam ditangan sampai aku turun di stasiun tujuan, aku kecewa karena belum mendapatkan pengalaman meberikan karcis dan ketidakpedulian mereka dengan hal kecil seperti itu. Aku turun di stasiun “SENEN” stasiun yang cukup bagus menurutku.
Dan….aku ketagihan naik kereta, selain murah ada hiburan gratis yang bisa membuatku awet muda. Suasana kereta yang janggal menurutku. Setelah dari rumah sakit, aku naik kereta lagi untuk pulang ke Cikarang dan menemukan pengemis di dalamnya. Hmmmm… kereta Indonesia cukup ngaret juga yah…

Comments

Popular posts from this blog

Apakah kita benar-benar tahu diri kita?

Sebuah Konfirmasi dari "Sang Ketua"

NENEK BUNGKUK CERIA