NENEK BUNGKUK CERIA

EAT IT!!!

Entah neneknya siapa yang ku pampang fotonya di tulisan ini, aku mengambil gambar nenek ini di google, dan aku tidak mengenalnya jadi, aku tidak akan membicarakannya namun meminjam wajahnya saja sebagai seorang nenek ( semoga nenek ini tidak marah. amen. )

Beberapa hari yang lalu aku naik bus no P55 ke arah UKI-Cawang, menuju kampus dimana aku menempuh pendidikan tinggi, aku duduk di kolom ketiga baris ke dua dari pintu, terbiasa melihat sekeliling dan tak melihat satu hal pun yang menarik perhatianku, sampai pada bus itu berhenti di daerah Kuningan ada seorang nenek bungkuk naik ke tangga bus
sambil menadahkan tangannya yang bergetar dan juga memegang uang Rp 500.- ke arah wanita muda yang duduk paling depan dekat tangga bus, dan wanita muda itu tidak menghiraukan nenek bungkuk itu, kurasa wanita muda itu mengira bahwa nenek bungkuk itu hanya ingin mengemis seperti apa yang aku pikir, namun nenek itu malah berteriak dengan suara bergetar ala nenek-nenek " to..long...to..long...ban..tu... sa..ya...", tentu saja wanita yang dipegang oleh nenek bungkuk itu tidak tega, begitu juga dengan aku, namun aku jauh dari jangkauannya sehingga aku tidak bisa membantunya, ternyata nenek bungkuk itu penumpang seperti kami.

Sangat jelas keibaan ku muncul ketika nenek itu melintas disampingku mencari-cari tempat duduk. kucolek, dan ku pegang tangannya untuk duduk di sampingku, dengan suara bergetar dia berterimakasih dan aku membalasnya dengan anggukan ditambah senyuman, pertanyaan muncul di benakku (wajah nenek bungkuk itu setua wajah nenek yang ku pampang di tulisan ini ) kenapa nenek setua ini bisa pergi sendiri?, kenapa dia tahu jalan?, kenapa dia berani naik bus yang tangganya tinggi seperti ini? dan dengan tidak tahu malu aku langsung mempertanyakan pertanyaan di benakku kepda nenek itu, pada saat pertama kali bertanya nenek itu langsung membalas " HA?", suara ku terlalu kecil untuk orang setua itu, dengan terpaksa sambil menahan malu aku bertanya dengan suara kencang di dalam bus, otomatis seisi bus melihat pada ku, tapi okay, yang penting aku tidak penasaran. "oh, nenek tanya ke orang-orang jadi tau," jawabnya dengan suara yang dikalahkan oleh suara mesin bus, "nenek mau kemana emangnya?" tanya ku, " mau pulang nenek! tadi dari kelender dan mau ke kramat jati, nanti nenek turun di mana gitu...(lupa namanya) trus nenek naik mobil no. ( suaranya dikalahkan oleh suara mesin bus) untuk ke kramat jati." jawabnya panjang lebar yang jelas lebih panjang dari pada yang ku tulis. wow.....batin ku, nenek ini tidak mengeluh sama sekali tentang hidupnya, nenek ini tidak seperti nenek-nenek yang pernah aku temui, mereka mengeluh dengan masalah menantu mereka, keuangan, kehidupan modern, dan banyak lagi. Bahkan ada nenek yang ketika bertemu dengan ku selalu minta uang Rp 2,000.- . Nenek bungkuk ini berbeda, dia ceria meskipun dia tua.

ketika bus sudah berhenti di Halim, tempat dimana bus terakhir kalinya berhenti, nenek bungkuk itu turun dengan sangat hati-hati ( pelan tepatnya ) dia juga tidak meminta bantuan untuk turun kuarasa karena dia bisa melakukannya, semua menunggu dengan sabar ( aku suka penumpang yang seperti in :) ) sehingga terjadi kemacetan di pintu keluar penumpang, akhirnya pintu keluar penumpang lancar dan aku melihat nenek itu menghentikan angkot kecil berwarna biru dengan ceria dan teriak dengan suara bergetar " tung...gu...tung...gu..."

Aku tersenyum melihat nenek bungkuk yang ceria itu, dia nenek-nenek dan dia ceria, kenapa aku yang masih muda punya banyak alasan untuk tidak ceria? dia nenek-nenek dan tidak mengeluh selama berbicara pada ku, kenapa aku anak muda harus punya seribu alasan untuk mengeluh kepada teman-teman ku?, dia nenek-nenek dan meminta bantuan ketika dia benar-benar merasa tidak bisa, kenapa aku anak muda memiliki banyak alasan untuk meminta bantuan padahal aku masih bisa melakukannya sendiri? dia nenek-nenek yang semangat, dan kenapa aku anak muda sangat sering tidak semangat? dia nenek-nenek dan aku anak muda. berbeda dalam hal nenek bungkuk itu memiliki jiwa muda, dan kuakui aku memiliki jiwa nenek-nenek. kamu kalah semangat dengan nenek itu Lin...nenek itu lebih tegar menghadapi hidup dari pada kamu, mana semangat muda mu? batin ku.

Aku mau berterimakasih kepada nenek bungkuk itu, dia telah memberikan contoh semangat yang berbeda, yang membuat aku malu sebagai anak muda. Dan, aku tidak mau lagi menjadi anak muda berjiwa nenek-nenek. bagaimana dengan mu?

liat aja di google.com

Comments

Popular posts from this blog

Apakah kita benar-benar tahu diri kita?

Sebuah Konfirmasi dari "Sang Ketua"