VIVA MUSMA UKI...

Kami diam, kami melihat sekeliling dengan tampang murung ditambah tetesan air mata yang keluar dari mataku dan mata kak Neeta—sekretaris panitia pelaksana pembentukan BEM UKI dan MUSMA UKI, malam yang kelam buat kami panitia, OC maupun SC.
Kami gagal…

Itu yang terlintas dipikiranku, aku diam dan meratapi apa saja yang telah aku lakukan, perjuanganku, dan semua yang telah dicapai, seakan gedung yang baru jadi satu hari kemudian ada gempa bumi yang membuatnya seperti sia-sia harus membangunnya. Itu yang kurasakan. Tapi aku egois hanya memikirkan perasaanku dan tidak melihat wajah murung panitia lainnya.


Kongres tidak mencapai kuorum dan akhirnya kamipun harus menikmati kediaman dalam kongres, kebanyakan peserta penuh yang WO dengan alasan “tidak idealis” yang membuat MUSMA ini terasa gagal, aku benci mereka mahasiswa kedokteran yang sangat pandai mencuci otak mahasiswa yang lain, yah, mereka hampir membuat pemilihan Ketua BEM UKI pun gagal namun kita berhasil memiliki suara tertinggi agar penghitungan suara tetap dilanjutkan. Dan ternyata anda lagi yang membuat mahasiswa ter”cuci” otak. Aku benci kalian awalnya mahasiswa kedokteran.

Kediaman itu berlanjut sampai akhirnya kita memutuskan diskusi, diskusi yang tidak begitu aku perhatikan, aku pusing saat itu, yang  memecahkannya adalah ketua panitia—ka Haposan meminta aku dan bang Petrus untuk meminta kejelasan atas WO nya delegasi dari PM UKI, aku diam dan menurut. Aku dan bang Petrus berjalan ke arah kamarnya dan ternyata dia tidak ada ditempat, akhirnya kami melihat ke arah restoran yang memang dipenuhi oleh para peserta penuh yang memilih WO saat di ruang sidang. Mereka seperti sebuah geng yang memang dibentuk untuk kumpul bersama setelah memutuskan WO, ini seperti ada scenario tapi akku tidak tahu yang sebenarnya.

Aku pergi bersama bang Petrus untuk bertemu dengan wakil dari PM UKI, akhirnya kami mendapat kejelasan darinya kenapa dia memilih WO.

Singkat cerita sidang deadlock.

Tanggal 4 Maret 2012, aku melihat air mata keluar dari mata kak Hercia—ketua bendahara Panpel BEM dan MUSMA UKI, “sia-sia..” katanya… aku mau menangis lagi memang, tapi aku memilih untuk menahannya di hari yang seharusnya dijadwalkan untuk hasil sidang-sidang disahkan.

Secara pandangan mata memang gagal MUSMA ini, tidak ada hasil dan  kejelasan, puluhan juta yang dikeluarkan oleh universitas pun seperti dibuang hanya untuk menangisnya panitia. Tapi, semua itu banyak pelajaran yang bisa diambil, hampir 5 bulan ini kita bersama-sama berjalan untuk sebuah kepanitiaan, pengertian dan kedekatan pun terasa, teman-teman baru di kontak HP pun bertambah, hampir 5 bulan ini kita lalui untuk sebuah perjuangan pembentukan organisasi tingkat universitas di UKI dan belum terbentuk hingga sekarang hanya karena keegoisan setiap mahasiswa yang hanya memikirkan nasib mereka, nasib fakultas mereka.

Dan beberapa hari ini renungan MUSMA diotakku terus berkumandang, “ini gak gagal. Ini Cuma belum berhasil”… apa bedanya? Gagal tidak akan mencapai keberhasilan lagi tapi belum berhasil akan mencapai keberhasilan selanjutnya. Jadi, yang aku doakan adalah semoga panitia berikutnya berhasil membuat organisasi tingkat universitas ini, lebih baik.

Dan aku beruntung bisa bertemu kalian panitia pelaksana pembentukan BEM dan MUSMA UKI. Belajar banyak dari kalian,

Ketua panitia(Haposan)  : saya berkesan tentang satu kalimat yang anda cetuskan ketika saya pertama kali mengikuti rapat, ”saya mau melakukan sesuatu buat UKI sebelum saya lulus, dan ini yang bisa saya lakukan”, itu yang membuat saya  semangat untuk terus berkecimpung dalam kepanitiaan ini. Terimakasih pak ketua.

Wakil ketua (Jefferson) : memang anda lebih banyak diam, dan mengecewakan ketika terakhir di MUSMA, namun saya belajar tentang ketenangan dalam berbicara dari anda pak! Terimakasih.

Sekretaris (Neeta)           : saya bangga dengan anda kak!!! Semua anda lakukan, semangat berorganisasi yang bisa saya tiru. Terimakasih kak!

Bendahara(Hercia)          : saya belajar ketelitian dan pertemanan dari anda bu bendahara, terimakasih kak Hercia…

Dan, kak Vivi (makasih buat jadi partner duet), Kak Hana(kebijakan yang baik dalam pembagian konsumsi), Kak Mia(cukup berkesan dengan senyum kak lesmia yang indah), bang Guritno, bang Horas, Kak Yulius, bang Sirait, bang Radit, Mas Dimas (bolong dua) , bang Petrus, bang Jimmy, bang Daniel, bang Vori, Feddy dan Michael… kalian semua panitia yang hebat !!!!

Saya berpikir lagi kalau kepanitian ini tidak gagal, kita berhasil, kita sudah berhasil membuat mata mahasiswa UKI terbuka, kita sudah membuka pintu dan memberikan pengertian kepentingan organisasi kepada mereka(peserta penuh), kita telah membuka pikiran mereka tentang kepentingan bersama, bukan kepentingan masing-masing…

Kita berhasil dalam pembukaan awal keorganisasian untuk universitas kita…

Kita berhasil menyatakan diri bahwa kita peduli pada keorganisasian di universitas kita…

Kita telah berhasil melakukan yang terbaik, terima kasih teman-teman panitia, terima kasih atas kerja sama kalian dengan saya dan kerja keras kalian dalam kepanitiaan ini. Terima kasih!!!

Kita telah sukses, kita berhasil, dan kalian semua telah berhasil membuka pikiran saya tentang pentingnya berorganisasi.

Terima kasih kakak-kakak dan abang-abang!!!

Kepanitiaan ini mungkin berakhir tapi aku gak mau pertemanan kita berakhir. Selamat berjuang untuk hal yang sudah menjadi visi kalian selanjutnya. Sekali lagi terima kasih teman-teman…

VIVA UKI!!!

Comments

Popular posts from this blog

Apakah kita benar-benar tahu diri kita?

Sebuah Konfirmasi dari "Sang Ketua"

NENEK BUNGKUK CERIA